Sabtu, 13 September 2008

Awal Karir : Menjadi Model
nurulmodel_01
Masa remaja adalah masa yang penuh 'nuansa'. Karena pada masa remaja ini banyak hal yang ingin dicoba dan banyak hal yang menjadi kenangan kemudian.

Seperti layaknya remaja lain yang aktif dan kreatif, Nurul juga mengikuti berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luangnya. Suatu hari, di bulan puasa, sehabis salat dan mendengar ceramah subuh di mesjid Agung, dekat alun-alun Bandung, Nurul hendak berjalan pulang bersama teman-temannya. Langkah mereka terhenti untuk melihat poster pemilihan gadis logo. Teman-temannya menyuruh Nurul ikut. Tapi ia tidak tertarik karena merasa tidak cantik. Tapi karena terus dipaksa akhirnya ia mau juga.

Syarat ikut kegiatan lomba itu ternyata peserta harus beli kaus bermerek logo. Kemudian peserta dipotret dengan kaus itu. Nurul-pun mengikuti prosedural itu. Hasilnya, tak disangka ia masuk final.

"Rasanya surprise banget," kata Nurul mengingat perasaannya ketika itu
Jadilah Nurul Qomaril Arifin, yang lebih sering disingkat Nurul Arifin juara pertama dan menjadi " Gadis Logo ". Itulah momentum keterlibatannya dalam dunia model dan peragawati. Dan berhubung hadiah menjadi "Gadis Logo" adalah masuk agency model untuk belajar 'jalan' di atas panggung, maka jalan menuju dunia model dan peragawati semakin terbentang. Selanjutnya Nurul mulai sibuk dengan aktivitas barunya sebagai model; mulai di potret untuk kalender; dan belakangan jadi peragawati.

Menjadi Bintang Film
nurulbintangfilm
Mesjid Agung yang terletak dekat alun-alun kota Bandung ternyata punya kenangan tersendiri bagi Nurul. Karena suatu hari, sepulang dari acara mengaji karena mengikuti pesantren kilat di mesjid agung Bandung, Nurul juga menemukan hal baru yang pada akhirnya nanti mengubah jalan hidupnya.

Nurul yang waktu itu baru kelas dua SMA bersama teman-temannya pergi menonton acara fashion show. Di tempat itu ia membaca pengumuman yang intinya mencari calon bintang dari kota Bandung untuk suatu film yang akan digarap. Tanpa pikir panjang, gadis yang sudah mulai percaya diri karena kegiatan modellingnya itu kemudian mendaftar. Bersama lima orang lainnya, ia kemudian di test. Ternyata hanya Nurul yang lulus. Tapi meskipun Nurul sudah bisa main film, tapi izin dari keluarganya ternyata harus diperjuangkan lebih dulu. Sang Papi tidak setuju, karena kebetulan beliau sangat religius. Sementara Sang ibu tidak keberatan Nurul terjun ke film. Untuk meyakinkan kedua orangtuanya, Nurul memberikan janji bahwa ia akan menjaga dirinya dan yakin ia bisa eksis serta berhasil.

"Jadilah orang yang berhasil kalau itu sudah keputusanmu," begitu kata papinya akhirnya memberi restu. Dan jadilah ia main di film pertamanya "Hati Yang Perawan" arahan sutradara Chaerul Umam. Film yang jadi langkah start -nya di dunia film.

Benar saja, setelah film pertamanya, banyak tawaran film masuk. Nurul Arifin dinilai mampu bermain bagus dan sangat natural. Tapi Nurul menolaknya karena kegiatan shooting rata-rata di Jakarta, sementara ia harus menyelesaikan SMA-nya dulu. Mengherankan juga sikap seperti itu sudah dipunyai siswa kelas dua SMA. Kebanyakan remaja biasanya tidak akan membuang kesempatan. Sikapnya itu terlihat sangat dewasa. Ia sudah bisa memutuskan apa yang lebih penting bagi hidupnya. Barulah ketika ia sudah lulus dan gagal sipenmaru dua kali, Nurul melamar untuk main film lagi. Ia sudah memutuskan untuk menekuni dunia film.

" Saya mau cari duit dulu, " katanya mantap.

Sutradara dan produser film yang memang sudah 'mengincer' Nurul sejak film pertamanya segera menyambut.

Film berikutnya seperti Naga Bonar, Nurul bermain gemilang. Namanya pun langsung melambung. Tak disangka jika gadis penyuka 'makanan apa saja' ini mampu mengikuti ritme dunia film yang penuh tantangan. Bagaimana tidak, dengan disiplin tinggi, Nurul rela melalui masa-masa pertamanya dalam menjalani profesinya sebagai bintang film dengan mondar-mandir Jakarta Bandung . Kadang ia harus rela untuk terkantuk-kantuk jika pagi buta harus berangkat dari Bandung naik kereta api menuju Jakarta dan malamnya pulang lagi ke Bandung.

Kenapa Mau Jadi Artis?
Kenapa mau jadi artis ? Dunia artis, atau dunia film yang dijalaninya menurut Nurul sangat menarik. " Saya bekerja dengan orang yang berbeda-beda, cerita yang berganti-ganti dan lokasi yang berpindah-pindah. Ini saja sudah merupakan keasyikan tersendiri yang tidak dapat ditemui di profesi lain," katanya dengan mata berbinar-binar.

" Lagipula saya memang kurang suka kerja di belakang meja. O, ya honor film lumayan loh. Sementara itu popularitas sudah pasti didapat. Dan ternyata….. bakat saya lumayan di bidang ini", tambahnya mantap.

Dengan segala kelebihan yang dibicarakan Nurul rasanya memang pantas ia memilih dunia film sebagai karirnya. Tapi sebetulnya apa sih cita-citanya semula ?

Ternyata cita-cita Nurul awalnya adalah ingin jadi ahli hukum. Tapi karena sejak kecil sering diajak papinya menghadiri rapat-rapat politik mengakibatkan minatnya di dunia politik cukup besar. Nurul mengaku senang mengikuti perkembangan politik. Tapi baru batas mengamati. Belum terpikir untuk terjun ke politik praktis seperti ikutan menjadi aktivis parpol. Saat ini cukup jadi artis yang senang mengamati dunia politik dulu. Tapi yang jelas ia sudah mengambil ilmunya dengan kuliah di FISIP Universitas Indonesia jurusan Ilmu Politik. Cukup serius'kan ?!

Si Sexy yang Suka Baju Minim

Bicara soal Nurul, mungkin tak akan dilupakan pembicaraan soal pakaiannya yang sexy dan serba minim. Meski sering mengaku tidak merasa cantik, Nurul Arifin menyadari betul keindahan tubuhnya. Karena faktor kebetulan itu, tanpa berniat untuk mengeksploitasinya, Si Sexy yang selalu ingin mengekspresikan kebebasan dan kewajaran jiwanya dengan memilih pakaian-pakaian casual dengan model sensual, yang sangat disukainya.

Hasilnya yang terlihat adalah si sexy Nurul Arifin identik dengan baju minim. Nurul sendiri tidak terlalu memusingkan komentar orang terhadap penampilannya. Ia punya prinsip bahwa dengan mengekspresikan apa yang sesuai dengan jiwanya maka ia merasa jauh dari kemunafikan atau ketidakjujuran. Karena ia memang tidak suka.

Menjadi Bintang Laris
nurullaris
Meski dinobatkan menjadi artis terlaris tahun 1989, Nurul Arifin 'tidak sekedar' main dalam film-filmnya. Kita bisa lihat dalam lima kali festival film Indonesia, Nurul menjadi nominator untuk peran-peran unggulan. Hal itu membuktikan bahwa dalam setiap filmnya, entah yang kelas komersial ataupun yang kelas bermutu, Nurul berusaha bermain sebaik mungkin.

Tawaran film yang terus berdatangan tidak membuat ia lupa belajar untuk meningkatkan kemampuan aktingnya. Sikap inilah yang jarang dimiliki oleh artis yang kebetulan sedang naik daun. Kebanyakan mereka karena terlalu 'laris' jadi lupa untuk memperbaiki kemampuan aktingnya. Maka tak aneh jika bintang-bintang seperti itu segera pudar karena tidak memiliki kemampuan berakting. Jadilah mereka bintang yang sekedar numpang lewat. Berada diatas, jatuh dan terlupakan. Nurul menyadari sekali hal tersebut bisa terjadi padanya jika ia tidak mau belajar.

" Kesadaran itu timbul dari diri saya sendiri dan dari dorongan orang-orang yang berharap bahwa saya akan menjadi seorang pemain yang baik. Saya sudah terlanjur dibilang sebagai pemain berbakat, terutama setelah mereka nonton Nagabonar. Oleh karena itu, saya belajar secara otodidak di lapangan. Saya menonton film orang lain dari pemain yang bagus. Saya banyak berdiskusi dengan sutradara. Dan saya banyak membaca buku yang berkaitan dengan akting".

Nurul yang kebetulan punya hobby nonton dan membaca jadi tidak punya kesulitan untuk kegiatan belajar otodidaknya itu.
Karenanya tidak heran jika Nurul Arifin mampu menjadi nominator FFI untuk peran-peran unggulan sekaligus dinyatakan sebagai artis terlaris. Klop'kan, dari segi mutu dan komersialnya ?

Tidak ada komentar: