Rabu, 27 Agustus 2008

Jadi Bintang FIlm Itu (Engga) Gampang

Semakin banyak film lokal yang diproduksi, makin banyak pula aktor dan aktris baru yang dibutuhkan. Apakah kita bisa menjadi salah satunya?

penonton, kita enggak cuma disuguhi cerita, tetapi juga sosok-sosok pembawa karakter yang menjalin berbagai konflik sampai akhirnya membentuk jalinan cerita tadi. Dari sekian banyak sosok yang disebut pemain film ini (atau bisa juga kita menyebutnya aktor atau aktris), sebagian sudah kita kenal karena pernah main film sebelumnya. Tetapi, enggak sedikit juga yang sama sekali baru alias pertama kalinya mereka berakting di film layar lebar.

Sebut saja satu film berjudul Garasi. Dua dari tiga pemain utamanya sama sekali baru. Lihat juga film Jomblo yang memasang orang baru justru sebagai pemain utama. Itu kalau kita bicara level pemain utama. Di level peran pendukung, semakin banyak lagi wajah-wajah baru yang kita temui. Peran utama ataupun pendukung enggak sedikit yang tampil catchy dan jadi omongan.

Apa lagi yang bisa kita simpulkan dari fenomena itu? Jelas, industri film memang butuh wajah-wajah baru potensial, baik untuk pemain utama ataupun pendukung. Dan lima dari delapan film tadi adalah film remaja (Garasi; Jomblo; Gue Kapok Jatuh Cinta; Realita, Cinta dan Rock’n Roll; serta Rumah Pondok Indah). Kesimpulannya, remaja seperti kita potensial banget masuk daftar pemain baru di industri film! Tetapi, bagaimana caranya ya?

Banyak jalan

Merintis jalan menjadi bintang film ternyata banyak caranya, enggak hanya ikutan teater atau ekskul drama, misalnya. Kebanyakan, sebagian pemain film muda kita malah jadi pemain film tanpa direncanakan. Seperti pengalaman Vino Bastian, cowok yang belakangan aktingnya bersinar di film Realita, Cinta dan Rock’n Roll. Jalannya lumayan panjang, diawali saat ia masih ngeband di acara pensi sekolah. Tiba-tiba saja ia ditawari foto oleh sebuah majalah remaja.

"Gue cuek dan menolak. Tetapi ditelepon terus. Akhirnya karena butuh uang buat beli simbal drum gue, baru deh gue mau difoto. Setelah foto gue nongol di majalah itu, baru deh tawaran-tawaran lain datang," kata Vino yang sempat menerima job, model video klip, model iklan, model catwalk, sampai akhirnya lolos casting untuk film 30 Hari Mencari Cinta.

Ringgo Agus Rahman, pemeran Agus di film Jomblo, malah sama sekali enggak menyangka bisa main film. Tahun 2004, penyiar Oz Bandung ini kedatangan rombongan film Catatan Akhir Sekolah yang sedang promosi di radionya. Tiba-tiba saja sutradara Hanung Bramantyo menawarinya casting untuk film Jomblo yang saat itu masih dalam proses awal mencari pemain.

"Setelah lolos casting dan resmi dikontrak buat Jomblo, gue merasa hoki gue lebih banyak berperan. Habis, gue enggak merasa terlalu ganteng, he-he-he. Kocak, mungkin. Tapi, itu kan wajar buat penyiar radio," kata Ringgo.

Jalan yang ditempuh Laudya Chintya Bella (pemeran Biyan di Virgin) dan Nadia Saphira (pemeran Lanny di film Jomblo) bisa dibilang nyaris serupa. Berawal dari mengikuti pemilihan model sampul majalah remaja, kedua cewek ini juga terjun ke sinetron dan model iklan. Nadia malah mengaku tujuan utama ia ikut Gadis Sampul 2003 adalah supaya menjadi model iklan, enggak lebih.

"Tapi justru aku malah lolos casting untuk sinetron Ada Apa Dengan Cinta?. Baru setelah main di sinetron itu, aku dapat tawaran model iklan. Sinetron itu selesai, aku baru ikutan casting untuk film Jomblo dan akhirnya lolos," kata Nadia yang masih duduk di kelas III SMAN 70 ini.

Laudya Chintya Bella yang akrab dipanggil Bella ini justru mengaku cuma iseng-iseng ikutan Model KaWanku 2002. Telanjur nyemplung, ia pun dengan senang hati menekuni modeling, sinetron, dan model iklan sesudahnya. Sampai akhirnya ia di-casting untuk film Virgin.

Kemauan keras

Meskipun jalan berbeda-beda, ada satu hal yang sama pada diri mereka berempat. Ketika sama- sama terpilih untuk bermain di film layar lebar pertama, mereka sama-sama merasa takut dan enggak pede. Vino yang harus memerankan cowok gay, Ringgo yang deg-degan karena harus jadi tokoh kunci berkarakter unik, Bella yang deg-degan karena di sinetron enggak pernah jadi pemain utama, sampai Nadia yang takut banget image-nya sebagai pemain sinetron telanjur melekat.

Cuma satu kata yang bisa menjawab ketakutan dan ketidakpedean mereka, yaitu belajar dari nol lagi. Sebagian pengalaman dunia hiburan mereka memang lumayan membantu, seperti soal disiplin waktu. Tetapi di luar itu, sekali lagi, mereka harus belajar dari nol lagi. Diawali oleh proses lokakarya yang mengajari teknik dasar akting sampai reading yang sudah menjurus ke pendalaman karakter dan dialog di film yang akan dimainkan nanti.

"Ternyata main film itu bukan sekadar menghafal skenario lalu improve sendiri. Masih banyak hal-hal lain yang harus dipelajari, seperti blocking atau continuity," ungkap Ringgo.

Di tahap ini banyak pihak yang berperan. Salah satu yang utama adalah sutradara. Komunikasi enggak cuma berkisar soal bagaimana si pemain melebur menjadi karakter yang ia perankan, dialog yang harus diucapkan, atau emosi yang harus diekspresikan.

"Aku dan pemain-pemain Virgin lain selalu ngobrol hal-hal kecil dengan Mas Hanny Saputra yang bisa bikin kita akrab. Enggak cuma soal film, tapi juga soal keseharian kita," kata Bella.

Di akhir lokakarya dan reading, jelas banyak ilmu yang bisa digali oleh mereka berempat. Satu hal penting, misalnya saat syuting dimulai, tidak ada lagi pemain yang memegang skenario. Dialog, emosi, dan ekspresi diharapkan menjadi sesuatu yang keluar secara spontan dari diri mereka.

Hasil kerja keras mereka bisa kita lihat di film-film yang mereka perankan. Semuanya kelihatan total dan sudah pasti jadi faktor penentu kesuksesan film secara keseluruhan. Berharap sukses di film dengan pemain utama baru pun enggak jadi sekadar impian. Nadia, Bella, Vino, dan Ringgo menjadi buktinya. Mengomentari hal ini, sutradara Hanung Bramantyo yang terakhir menyutradarai Jomblo pun berkomentar sejalan.

"Saya pada dasarnya lebih suka memakai pemain baru karena mereka lebih mudah menuruti aturan main dari saya sebagai sutradara. Tentu saja keputusan akhir tetap di tangan produser. Mudah di sini dalam arti penjadwalan, pembentukan karakter, maupun biaya. Pemain yang sudah ’jadi’ mungkin sudah punya dasar akting yang bagus, tetapi biasanya terbentur banyak masalah, dari soal penjadwalan, honor, sampai attitude," kata Hanung yang baru menyelesaikan produksi film terbarunya, Lentera Merah.

Meskipun pentingnya bakat dalam dunia akting, Hanung melihatnya sebagai 20 persen syarat saja. Sisanya, yang 80 persen, adalah kemauan keras untuk belajar. Berbakat tetapi tidak punya kemauan percuma. Apalagi kalau yang bersangkutan cuma mementingkan popularitas, Hanung yakin bakal semakin sulit.

Kesulitan = tantangan

Dalam proses panjang pembelajaran jadi pemain film, tentu saja enggak lepas dari kesulitan- kesulitan. Ketika kesulitan dipandang sebagai tantanganlah berbagai kemungkinan solusi bisa muncul. Seperti yang dialami Nadia Saphira ketika harus berakting menangis di film Jomblo.

"Duh, sulit banget. Soalnya aku harus nangis. Sebagai cewek mandiri, kan, gengsi banget buat Lanny untuk menangisi seorang cowok. Aku berusaha keras memainkan perasaan di hati aku untuk bisa nangis gengsi itu," kata Nadia.

Sama halnya dengan Vino. Meskipun sudah main di dua film layar lebar, ia sempat mengalami stuck saat berusaha mendapatkan chemistry dengan lawan mainnya di film Realita, Cinta dan Rock’n Roll, Herjunot Ali. Padahal, seharusnya mereka adalah sepasang sahabat sejak kecil yang sangat akrab. Alhasil, Vino banyak curhat dengan Upi yang menjadi sutradaranya.

"Solusinya, gue banyak jalan bareng Junot di luar syuting. Pokoknya, gimana biar kita nyambung. Ketika akhirnya berhasil, gue lega banget. Ada kepuasan tersendiri karena gue berhasil meng-exsplore diri gue dengan cara yang berbeda meskipun prosesnya sulit," ungkap Vino.

Terus belajar

Kalau sekarang Ringgo, Nadia, Vino, dan Bella sudah mendapat pengakuan atas kemampuan mereka, enggak berarti proses belajar dan latihan berhenti sampai di situ. Masih mengutip pendapat Hanung Bramantyo, ada latihan- latihan yang harus terus dijalani seorang pemain film meskipun ia sudah senior dan berpengalaman. Ini menyangkut latihan dasar, seperti pernapasan, konsentrasi, sampai kesadaran dengan alam sekitar.

"Aktris selevel Dian Sastro juga seharusnya tetap terus latihan. Karena ini adalah latihan yang sifatnya kontinu. Selama dia masih berakting, ini adalah latihan yang mutlak," kata Hanung.

Selain latihan dasar seperti di atas, banyak kemungkinan pengembangan diri yang dijalani oleh Ringgo, Nadia, Vino, dan Bella. Nadia, misalnya, tertarik untuk ikutan sekolah akting lagi, tetapi yang spesifik mengajari soal teknik menghasilkan suara dari perut.

"Aku merasa masih punya banyak kekurangan, salah satunya soal teknik suara perut ini. Soalnya, kalau berteriak, aku masih suka menghasilkan suara dari tenggorokan, bukan dari perut. Setelah aku memperbaiki itu, mungkin aku akan belajar yang lain lagi," ungkap Nadia.

Ringgo malah siap menerima peran baru lagi. Bukan apa-apa, soalnya ia menganggap segala proses pembuatan suatu film adalah sebuah pendidikan nonformal baginya. Ia pun yakin, peran apa pun akan bisa dimainkannya kalau proses pendalamannya seperti yang ia jalani di film Jomblo.

Bella dan Vino sebenarnya tertarik memperdalam ilmu akting mereka di sekolah akting. Tetapi, faktor waktu menjadi kendali. Sementara mereka pun banyak menggali ilmu dengan menonton film sebagai referensi. Kalau Bella belajar banyak dari film-film lokal, Vino justru merasa lebih enjoy mengamati aktor dan aktris Hollywood yang terkenal sangat total dalam berakting.

"Gue selalu nonton film-film Al Pacino, Halle Berry, Johnny Depp, dan Sean Penn. Gila ya, mereka terbukti sukses memainkan karakter yang variatif banget," kata cowok yang baru selesai syuting film indie, Foto, Kotak dan Jendela ini.

Mendengar cerita Vino, Bella, Ringgo, dan Nadia ini bisa jadi menjawab pertanyaan di awal tulisan ini, bagaimana cara kita bisa masuk dalam daftar pemain muda yang selanjutnya bakal bisa beraksi di film-film Indonesia yang akan datang. Pastinya, enggak cuma masuk daftar, tetapi juga jadi aktor/aktris berkualitas dan bisa eksis dalam waktu yang lama. Well, kuncinya tetap satu kata: belajar.

Good luck buat yang ingin mencoba!

Marti Tim Muda

Tidak ada komentar: