Rabu, 10 September 2008

Berdamai dengan diri Sendiri

Oleh A. ASEP SYARIFUDDIN

http://hidupbermakna.wordpress.com/2007/11/15/berdamai-dengan-diri-sendiri/

UNTUK mengubah suatu kebiasaan di dalam diri kita tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja keras, upaya yang sungguh-sungguh dan bahkan pemaksaan. Seakan-akan kita harus berperang dulu melawan diri sendiri untuk menjadi lebih baik dari habit sebelumnya. Benarkah sesulit itu? Bisa ya, bisa juga tidak.

Saya mempunyai experient yang cukup menarik. Waktu itu saya ingin mencoba membiasakan diri untuk bangun malam untuk shalat tahajud. Sulitnya setengah mati. Saya bangun jam 3 pagi tapi untuk berwudlu dan shalat rasanya sangat berat. Akhirnya shalat tidak ada maknanya sama sekali. Selain tidak khusu, tidak nikmat pun ujung-ujungnya merasa terpaksa. Saya berpikir kalau ibadah dilakukan dengan cara seperti ini berarti tidak ada artinya. Malam berikutnya jam 3 terbangun tapi hanya bangun sebentar terus kembali memeluk guling dan bantal sampai kesiangan bangunnya. Ada bisikan bahwa memeluk guling jauh lebih nikmat ketimbang shalat.

Biasanya hanya dengan berniat untuk bangun malam saja sudah cukup untuk bangun. Tapi karena niatnya hanya bangun bukan menjalankan shalat dengan khusu hasilnya bisa ditebak. Di hari berikutnya saya melakukan perubahan dalam cara berniat. Sebelum tidur, otak saya masuk dalam kondisi gelombang alfa terlebih dahulu. Kondisi tersebut sangat rileks setengah tidur setengah merem, tapi masih sadar. Kemudian tubuh saya diajak untuk berdialog satu per satu dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.

Saya katakan kepada telapak kaki, “Terimakasih hai telapak kaki kiri dan kanan, engkau sudah menopang tubuhku selama 35 tahun. Maafkan aku kalau tidak terlalu mempedulikanmu, padahal kerjamu sangat berat tanpa kenal lelah tak pernah mengeluh apalagi minta berhenti untuk menjadi telapak kakiku. Engkau tetap setiap setiap saat. Tapi mulai hari ini aku sadar bahwa aku tidak memiliki arti apa-apa bila tanpa kehadiranmu. Aku pincang kalau tidak ada dirimu. Aku sangat mencitaimu dan menyayangimu. Engkau begitu berharga bagiku. Kalau engkau mau memaafkan aku berikan respons hangat di wilayah telapak kaki.”

Sambil menunggu respons dari telapak kaki saya lanjutkan ke bagian-bagian tubuh yang lain ke betis kiri dan kanan, paha kiri dan kanan, punggung, perut dan isinya, paru-paru, bahu, tangan kanan dan kiri, kepala, telinga, hidung, mata, mulut, hidung, tenggorokan, otak dll. Saya merasakan respons yang sangat cepat dari bagian-bagiant tubuh yang diajak bicara. Ada rasa hangat yang muncul di tiap-tiap bagian organ tubuh tadi. Sensasi tersebut benar-benar membuat saya nyaman.

Setelah itu saya lanjutkan dengan kata-kata, “Tubuhku, Engkau telah menjadi bagianku yang tak terpisahkan. Aku ada permintaan, setiap hari aku mau bangun jam 3 pagi untuk menjalankan shalat malam. Bantu aku untuk mewujudkan semua itu supaya kita menjadi makhluk yang taat kepada penciptanya. Terimakasih.” Kemudian saya berdoa sebelum tidur dengan perasaan yang sangat nyaman. Dan ternyata jam 3 kurang 15 menit saya terbangun dengan perasaan yang sangat segar dan nyaman. Saya bersyukur bisa kembali menjalankan tradisi ini untuk mengisi malam-malam dengan dzikir, qiroatul quran, doa-doa penyejuk jiwa untuk senantiasa mendapatkan ampunan dan ridha-Nya.

Saya mempunyai keyakinan, kalau kita memiliki niat untuk mengubah kebiasaan lama dengan kebiasaan baru –umumnya dari kebiasaan kurang baik menuju kebiasaan yang lebih baik– kita dapat mengubahnya dengan cara yang lebih mudah. Asalkan kita mengajak diskusi, negosiasi, musyawarah dengan organ-organ tubuh kita sendiri. Tidak hanya untuk mengubah kebiasaan, untuk proses penyembuhan penyakit pun bisa dilakukan. Tentu dengan afirmasi kata-kata yang berbeda sesuai dengan tujuan saat itu. Selamat mencoba. (*)

Tanggapan

Terima kasih pak asep, saya jadi terinspirasi untuk merubah kebiasaan saya ….. Bismillah


Telapak kaki… Temukanlah diriku dengan narasumber2 yang berhatinyaman. Langkahkanlah ke tempat-tempat yang Diridhoi-Nya. Selalu. Selalu. Amiin…

Oke, B’rangkat!!


Bismillah…saya berniat untuk merubah kebiasaan2 saya yang selama ini membuat hidup saya kurang bahagia, karena kurang dekat dengan sang Pencipta. Dan mudah2an a’ Asep selalu diridhoi karena sudah memberikan nasehat2 yang berguna amieen…


Selagi kita sadar dan memiliki niat untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan kurang baik menjadi lebih baik maka selagi itu pula kesempatan dan peluang untuk menjadi insan yang memiliki kualitas terbuka lebar. Sukses selalu. Sampai ketemu di puncak kejayaan lahir dan batin.


Pada akhirnya, yang mampu membahagiakan diri sendiri adalah kita, bukan orang lain. Pun kesengsaraan. Manusia lain hanyalah unsur, yang sedikit mendukung harapan kita. Maka, tangan, kaki, dan kawan-kawannya yang lain, BERGERAKLAH!

Tidak ada komentar: