Sabtu, 13 September 2008

Profesi Model
Antara Menjanjikan dan Sulit ”Dijual”

JAKARTA – Usai melalui tahapan audisi melelahkan di antara 2.170 model sejak awal Mei lalu, kini telah terjaring 23 model yang lolos dari tujuh kota yakni Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Semarang, dan Yogyakarta. Mereka sepenuhnya siap untuk mengikuti babak pra-eliminasi pemilihan Indonesian Model yang diprakarsai Indosiar.
Ke-23 calon finalis itu adalah Mona Lesa, Nike Kusmarini, dan Mungki Chrisna Wardhani (Semarang); Dilla Elvani Diary Lubis, Zarina, dan Melda (Medan); Gita Aprilia, Eryanti Mujiwati, dan Christina Borries (Bandung); Lindi Cistia Prabha, Brigitta Retno Styowati, dan Dian Octasari (Yogyakarta); Shelly Priscilia, Annisa Dwitya, Erina Widia Heranti, Amalia Rositawati, dan Ovy Wulan (Jakarta); Nicoline Patricia Malina, Artri Aldoranti Sulistyawati, dan Elies Sukirawati (Surabaya); Putu Kusuma Ekayanti, AA Ratih Permanasari, dan Ida Ayu Suwasti (Bali).
Mereka akan mengikuti babak pra-eliminasi yang diselenggarakan pada 6 Juni dan 13 Juni mendatang, dan telah memenuhi syarat calon model yakni wanita lajang berusia 18—23 tahun, bertinggi minimal 170 cm, sehat jasmani dan rohani serta bersedia mengikuti pendidikan non-stop selama 70 hari.
Ke-23 calon model terpilih berhasil lolos dari penjurian pelaksana audisi yang melibatkan para model profesional, mantan peragawati, koreografer, perancang busana, fashion stylist, dan psikolog. Deretan juri tersebut antara lain Kintan Oemari, Ira Duati, Andreas Munjir, Koming, Chossy Latu, Itang Yunasz, Soraya Haque, dan Sarita. Hasil penjurian dilihat dari penampilan mereka di atas pentas runway, ekspresi, cara pembawaan kostum, hingga cara berjalan.
Dari situ nantinya akan terpilih 18 model yang bisa mengikuti jalur pendidikan Indonesian Model. Sebelum segala tahapan terlaksana akan diadakan terlebih dulu Grand Launching Indonesian Model Show yang ditayangkan langsung dari Jakarta Covention Center, Minggu (30/5) mulai pukul 19.00 WIB. Untuk selanjutnya, Indonesian Model Show segera ditayangkan langsung setiap hari Minggu malam (19.00-20.00 WIB) dari Dome Lippo Karawachi.
Ke-18 model tersebut nantinya akan mengikuti pendidikan selama 70 hari di bawah para instruktur profesional seperti Itang Yunasz (tata busana), Mathias Muchus (akting), Minati Atmanegara (olah tubuh), Denny Malik (koreografi), Nadya C Dewi (bahasa Inggris), Okky Asokawati (kepribadian), Ellen Tendean Habsjah (teknik jalan), Sonny Muchlison (fashion stylist, photo modeling), Chossy Latu (tata busana, pengetahuan mode), dan Indayati Oetomo (public speaking).

Tidak Hanya Cari Model
Dengan slogan ”Lebih dari Sekadar Model” mereka diharapkan tidak hanya menjadi seorang model ternama tetapi juga dapat menjadi entertainer, seperti presenter, bintang sinetron, foto model dan lainnya. ”Kami tidak hanya mencari model, karena bisa dikontrak sebagai image product tertentu, peragaan busana, termasuk tentu saja bintang sinetron dan presenter,” dijelaskan manajer divisi program Indosiar, Triyandi Suryatman.
Tentang pilihan model yang hanya perempuan, Triyandi mengaku melihat dari pasar dan kuantitas yang umumnya adalah perempuan. ”Mungkin dalam waktu mendatang ada laki-laki,” hiburnya. Ditambahkannya, program tayangan Indonesian Model sebagai format yang tersendiri, atau orisinal hak milik Indosiar.
Sistem pemilihan Indonesian Model terbilang ketat, karena dari 18 model yang lulus mengikuti pendidikan akan disaring lagi menjadi 10 besar. Tahap penyeleksian akan ditentukan oleh para juri sejumlah lima orang. Sesudah itu, 10 model ditentukan vonis eliminasinya pada pemirsa Indosiar melalui pesan singkat SMS. Model yang mendapat dukungan terkecil, otomatis akan tereliminasi. Tahap berikutnya akan dipilih hanya lima model yang masuk ke Grand Final Indonesian Model, yang kemungkinan digelar pada 15 Agustus 2004.
Slogan ”Lebih dari Sekadar Model” terbilang pantas diajukan Indosiar melihat kemungkinan kendala karier model Indonesia yang masih sulit dijual. Atau, seperti dikatakan Brigitta Maria (John Casablancas Modeling Career Center) pada talk show ”Kiat Menjadi Model Internasional” dalam rangkaian program ”Jakarta Fashion & Food Festival 2004” (JFFF) di Hotel Nikko baru-baru ini: ”Model asing ternyata lebih matang dan bertanggung jawab. Yang penting bagi model memang bukan ego terhadap baju, karena harus menawarkan keindahan baju.”
Mungkin di Indonesia belum ada kesiapan profesi model sebagai pekerjaan, prediksi Brigitta. Disarankannya, model harus bisa merawat kecantikan, kebugaran dan disiplin. ”Mereka harus punya portofolio tersendiri. Kualitas terpenting adalah kekuatan karakter,” sambungnya.
Perancang busana Musa Widyatmodjo di kesempatan serupa, menyinggung kesiapan model dengan portofolio, yang mencakup foto-foto karier, foto close-up yang memperlihatkan keindahan seluruh struktur wajah, tinggi badan, lingkar dada, warna mata dan rambut, dan lain-lain.

Menjanjikan
Noni, model senior yang juga pimpinan Pose Model Talent, bercerita ihwal pengalaman awal selaku peragawati. Dianggapnya, awal kariernya dipenuhi tawaran yang selalu bertolak belakang. ”Tapi kemudian malah menjanjikan,” ucapnya gembira.
Kini, pujinya, banyak model potensial. Namun, tambahnya, mereka perlu pendidikan khusus agar bisa diarahkan secara singkat.
”Sebagai model perlu proses, kerja tim, dan penuh toleran, karena kebutuhan model adalah berdedikasi tinggi dan bisa dipertanggungkan,” sambung Noni.
Acara tersebut juga mendatangkan tiga top model Cina, Zhang Jun (178 cm), Wanda Wei (178 cm), Wang Yen (178 cm) dan Feng Lei (laki-laki, 190 cm) sebagai pembicara tamu. Mereka umumnya menceritakan pengalaman edukasi awal untuk menjadi model. Dari berdiri berlama-lama bagaikan balerina (untuk jaga keseimbangan tubuh) hingga bersepatu tumit tinggi (10 cm) sambil berputar-putar ke kiri dan ke kanan masing-masing sebanyak 1.000 kali.
Hal lain yang penting adalah pembentukan karakter personalitas, senyum cantik, berenang, tidur cukup, menjaga kualitas makanan yang seimbang, dan program diet. (jjs)

Tidak ada komentar: