Sabtu, 13 September 2008

Mengapa Wanita Senang Pamer Bagian Tubuhnya?
Oleh ENGKING MUDYANA


MELIHAT gelagat kehidupan masa kini, kadang-kadang telontar pertanyaan, mengapa
banyak orang, terutama perempuan (muda) yang senang memperlihatkan keindahan
bagian tubuhnya? Padahal bagian-bagian tersebut biasanya ditutupi pakaian atau
disembunyikan.

Di lain pihak, banyak orang, terutama pria (tua maupun muda) yang senang bahkan
menikmati, tatkala melihat bagian tubuh lawan jenisnya yang terpamerkan.

Gejala memperlihatkan atau memamerkan kemolekan fisik tersebut tidak sukar
untuk dijumpai. Berbagai media sering menyajikannya. Majalah, tabloid, koran,
kalender, TV, iklan, dan sebagainya banyak memajangkannya.

Di kota-kota tertentu ada pertunjukan tari setengah telanjang, bahkan bugil
sama sekali (striptease) baik untuk pria maupun wanita. Di bidang seni, gejala
ini tercermin juga, misalnya dalam lukisan, fotografi, patung, dan lain-lain,
yang mengandung unsur pesona kecantikan badaniah yang bisa membangkitkan birahi.

Di pantai-pantai, seperti di Waikiki (Hawai), Bondi (Australia), Pataya
(Thailand), Kuta (Bali), Sardinia, Karibia dan banyak lagi, fenomena eksposisi
ini lebih banyak lagi.

Di pelbagai kota dunia, kita bisa menemukan pajangan seperti itu, misalnya
London ada Soho, di Amsterdam ada Red Light, di Kalifornia ada Las Vegas, di
New York ada Peepy Shop, dan termasuk di Moskow, Shanghai bahkan di kota-kota
Timur Tengah pun ada. Masyarakat sekarang bisa menjumpai dengan kasat mata
fenomena pameran kemulusan ini, di mall, pasar, kantor, jalanan, restoran.
Stasiun, termasuk di kampus, dan lain-lain. Tidak pantas untuk disebut mana
bagian-bagian tubuh yang sering mereka ekspos, akan tetapi boleh dikata dari
bagian atas, bagian tengah sampai bawah, bagian belakang, dan tentu bagian
depan.

Terusik oleh pertanyaan di atas, penulis mencoba menyebarkan angket kepada
sejumlah mahasiswa di sebuah PTS di Bandung, secara anonim. Usia mereka antara
18-22 tahun. Angket itu menanyakan pendapat mereka (responden) tentang
sebab-sebab yang mungkin, menurut opini mereka, mengapa perempuan mau
memamerkan keindahan bagian-bagian tubuhnya.

Jawaban mereka tersebut, dan bisa digolongkan menjadi sembilan katagori; dan
bisa dilihat peringkat persentasenya, ditemukan lima katagori jawaban terbesar.

1. Bangga / senang dilihat / diperhatikan orang lain. 2. Tuntutan profesi
(model, peragawati, dsb). 3. Faktor uang. 4. Mode / trend. 5. Popularitas.
Sedangkan empat kategori jawaban yang persentasenya lebih kecil.1. Seni. 2.
Balas dendam. 3. Terpaksa. 4. Nafsu.

Penulis menyadari bahwa hasil angket tadi, tidak merupakan jawaban yang bisa
diandalkan, karena sampelnya tidak representatif dan jawaban mereka pun hanya
opini! Sehingga bila ingin menggali motivasinya yang mendasar, perlu dilakukan
riset yang benar-benar ilmiah.

Walaupun demkian hasil angket tadi palig tidak bisa dianggap sebagai petunjuk
sebab-sebab simtomatik, dari fenomena pameran keindahan tubuh tadi.

Dari kacamata psikologi, penulis menemukan keterangan yang mengemukakan bahwa
dalam diri seseorang terdapat dorongan / kecenderungan yang disebut
exhibitionism, yakni dorongan untuk memamerkan bagian tubuhnya, terutama
organ-organ vitalnya tentu saja arahnya untuk membangkitkan syahwat.

Dalam buku klasik Dicnonary of Psychology (ed, Howard C. Warren)
ekshibisionalisme itu didefinisikan sebagai "kecenderungan (biasanya kompulsif)
untuk memamerkan bagian tubuh yang memberahikan, terutama organ-organ seksual
dengan tujuan membangkitkan gairah seksual". Dalam definisi ini tersirat bahwa
ekshibisionisme itu ada pada perempuan maupun lelaki. Akan tetapi dalam
keseharian yang kelihatan lebih jelas kiranya pada kaum hawa.

Dalam pada itu bisa saja kecenderungan tersebut tidak mereka sadari, karena
causa primanya ada dalam alam tak sadarnya. Kecenderungan itu bersifat
kompulsif, artinya sukar untuk dihindari atau ditolak.

Di lain pihak, sebagai pertanyaan kedua yang tertera di awal tulisan ini,
mengapa banyak orang (biasanya pria) yang senang bahkan menikmati jika
memandang kemolekan bagian-bagian badan lawan jenisnya.

Sekadar untuk memperoleh jawaban sementara teoritis, kita bisa menelaah rumusan
dalam buku yang disebutkan di atas, yang menerangkan bahwa di samping
ekshsbisionisme terdapat fenomena lain, yang disebut scopophilia, yaitu
kenikmatan seksual yang didapatkan dengan melihat bentuk tubuh manusia, artikel
tentang busana, dsb, atau dengan mengamati perilaku seksual."

Dengan memahami kedua kata kunci di atas. Ekshibisionisme dan scopophilia,
barangkali kini kita agak mengerti, bahwa di dunia ini ada pihak yang senang
menjadi pemamer, dan ada pihak yang senang, jadi penikmat.

Kemungkinan besar paradigma ini diterapkan oleh para perancang busana,
pendesain iklan, penata rias, dunia modeling, sutradara film, dan lain-lain.

Tak ayal lagi pembuat film pun dapat memanfaatkannya. Lihat saja film Bay
Watch. Memang panorama alami dalam film ini sangat menawan, pantai laut, langit
dan sebagainya yang menakjubkan. Akan tetapi panorama insaninya kiranya jauh
lebih menawan. Kemolekan badan para bintangnya, laki-laki, lebih- lebih bintang
wanitanya yang cantik dan sensual sangat menawan penonton! Tidak kaget kita,
jika diberi tahu bahwa film ini merupakan salah satu film yang penontonnya
paling banyak di dunia. Tidak mustahil hal itu terjadi karena dorongan
ekshibisionis di satu pihak dan dorongan scopophilia di lain pihak. ***

Penulis, dosen di beberapa PT

Tidak ada komentar: